Standar Dunia PPI dari WHO: Mendorong Peningkatan Mutu Layanan Kesehatan di Indonesia
Pernahkah Anda membayangkan sebuah rumah sakit yang bukan hanya tempat menyembuhkan penyakit, tetapi juga benteng pertahanan dari infeksi baru? Di sinilah pentingnya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Ibarat fondasi yang kokoh pada sebuah bangunan, PPI yang baik adalah kunci utama dalam menjaga keselamatan pasien dan tenaga kesehatan. Nah, siapa yang menetapkan standar fondasi ini agar kuat dan terpercaya? Jawabannya adalah World Health Organization (WHO).
WHO, sebagai ‘wasit’ kesehatan dunia, mengeluarkan berbagai panduan dan standar yang diakui secara global, termasuk dalam hal PPI. Ini bukan sekadar anjuran, lho! Standar WHO ini adalah hasil dari penelitian mendalam dan kesepakatan para ahli di seluruh dunia. Jadi, ketika Indonesia mengadopsi standar WHO dalam PPI, itu artinya kita sedang berupaya menyelaraskan mutu layanan kesehatan kita dengan yang terbaik di dunia. Keren, kan?
Tapi, bagaimana kita tahu apakah ‘fondasi’ PPI di fasilitas kesehatan kita sudah cukup kuat? Jangan khawatir, WHO punya alatnya! Namanya alat penilaian PPI untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjut. Alat ini bukan seperti ‘polisi’ yang datang untuk mencari-cari kesalahan. Justru sebaliknya, ini adalah ‘teman baik’ yang membantu kita melihat dengan jujur, di mana saja area yang sudah kuat dan di mana yang masih perlu diperbaiki.
8 Komponen Inti PPI WHO
Alat penilaian ini bekerja dengan cara yang cukup sederhana tapi komprehensif. Ada delapan ‘komponen inti’ PPI yang menjadi fokus utama. Anggap saja ini delapan ‘pilar’ yang menopang bangunan PPI yang kuat. Apa saja pilar-pilar itu?
- “Program PPI”: Ibarat cetak biru, ini adalah rencana induk PPI di fasilitas kesehatan.
- “Panduan PPI”: SOP (Standard Operating Procedure) detail untuk berbagai tindakan medis dan perawatan.
- “Edukasi dan Pelatihan PPI”: Memastikan semua tenaga kesehatan ‘jago’ dalam praktik PPI.
- “Surveilans Infeksi”: Mata-mata yang terus mengawasi munculnya infeksi di rumah sakit.
- “Strategi Multimodal”: Kombinasi berbagai cara efektif untuk menerapkan PPI.
- “Monitoring dan Umpan Balik”: Evaluasi berkala dan penyampaian hasil untuk perbaikan.
- “Beban Kerja dan Staf”: Memastikan jumlah staf yang cukup untuk memberikan pelayanan yang aman.
- “Lingkungan dan Peralatan”: Fasilitas fisik dan perlengkapan yang mendukung PPI.
Setiap pilar ini dinilai dengan serangkaian pertanyaan ‘ya’ atau ‘tidak’. Hasilnya? Sebuah ‘rapor kesehatan’ PPI yang jelas dan mudah dipahami. Dan yang lebih menarik, formulir penilaian ini sangat mudah diakses! Anda tidak perlu repot mencari-cari. Cukup klik tautan yang tersedia di bawah, dan Anda bisa langsung memulai proses penilaian. Ini adalah langkah awal yang sangat penting untuk meningkatkan mutu layanan kesehatan di fasilitas Anda.
Kalau hasilnya masih banyak ‘tidak’, jangan berkecil hati! Justru ini adalah kesempatan emas untuk berbenah dan menjadi lebih baik. Dengan mengetahui area mana yang perlu diperkuat, Anda bisa menyusun rencana aksi yang terarah dan efektif. WHO juga menyediakan panduan praktis yang akan membantu Anda dalam proses perbaikan ini WHO-UHL-IHS-IPC-2023.5-eng
Nah, sekarang pertanyaannya, siapkah fasilitas kesehatan di Indonesia untuk ‘bercermin’ dengan alat penilaian WHO ini? Ini bukan hanya tentang memenuhi standar akreditasi, lho. Ini tentang komitmen kita untuk memberikan layanan kesehatan yang terbaik dan teraman bagi setiap pasien. Jangan tunda lagi!
Coba Lakukan Penilaian Sendiri